Kelemahlembutan Bukanlah Kelemahan


Kelemahlembutan Bukanlah Kelemahan

Segala sesuatu di sekitar kita—dunia, budaya, orang-orang—cenderung memuji kekuasaan dan kekuatan, kemandirian dan kecerdasan, keberanian dan keunggulan.

Namun, dalam sabda bahagia ketiga—serangkaian janji yang Yesus buat tentang Kerajaan Allah—Yesus menyoroti sesuatu yang berbeda, dengan mengatakan: 

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

Matius 5:5 PBTB2

Kata “lemah lembut” berasal dari kata bahasa Yunani “praeis”. Kata ini berarti lembut, rendah hati, atau tunduk; sederhana, lemah lembut, atau tidak sombong. Bahkan, ketika Paulus menggambarkan “buah Roh” (sifat-sifat yang dikembangkan dalam diri umat-Nya oleh Roh-Nya), kata “kelemahlembutan” sering digunakan secara bergantian. 

Namun, mari kita perjelas: Jika deskripsi tersebut memberikan gambaran yang rapuh dan tidak berdaya dalam pikiran Anda, yakinlah bahwa kelemahlembutan bukanlah kelemahan.

Kelemahlembutan adalah kekuatan yang terkendali. Kekuatan itu tunduk pada otoritas Allah.

Namun, jika "lemah lembut" bukanlah kata yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan diri Anda saat ini, tidak apa-apa. Yesus tidak berbicara kepada mereka yang sudah memiliki segalanya—dan Dia juga tidak mengharapkan versi kita yang sempurna. Sebaliknya, Dia memberikan berkat kepada umat-Nya yang telah (dan sedang) menjadi seperti yang Tuhan harapkan. 

Tuhan terus mengembangkan sifat-sifat Sabda Bahagia ini di dalam diri para pengikut-Nya. Dia memurnikan, menguduskan, dan mengubah kita agar semakin serupa dengan-Nya.

Dalam Kitab Suci, Yesus sendiri disebut "lemah lembut". Namun, seperti yang mungkin Anda ketahui, Dia jauh dari sikap pasif, apatis, atau mudah menyerah. Alih-alih mengandalkan kekuatan-Nya sendiri—seperti memanggil pasukan malaikat untuk menghindari hukuman salib—Dia bersandar pada kekuatan Tuhan dan menahan kekuatan-Nya yang tak terbatas.

Kerajaan Yesus, yang bertolak belakang dengan dunia, akan dipenuhi oleh orang-orang yang memanfaatkan kekuatan mereka untuk kemuliaan Tuhan dan yang merendahkan diri di bawah kaki-Nya.

Segala sesuatu di sekitar kita—dunia, budaya, orang-orang—cenderung memuji kekuasaan dan kekuatan, kemandirian dan kecerdasan, keberanian dan keunggulan.

Namun, dalam sabda bahagia ketiga—serangkaian janji yang Yesus buat tentang Kerajaan Allah—Yesus menyoroti sesuatu yang berbeda, dengan mengatakan: 

“Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.”

Matius 5:5 PBTB2

Kata “lemah lembut” berasal dari kata bahasa Yunani “praeis”. Kata ini berarti lembut, rendah hati, atau tunduk; sederhana, lemah lembut, atau tidak sombong. Bahkan, ketika Paulus menggambarkan “buah Roh” (sifat-sifat yang dikembangkan dalam diri umat-Nya oleh Roh-Nya), kata “kelemahlembutan” sering digunakan secara bergantian. 

Namun, mari kita perjelas: Jika deskripsi tersebut memberikan gambaran yang rapuh dan tidak berdaya dalam pikiran Anda, yakinlah bahwa kelemahlembutan bukanlah kelemahan.

Kelemahlembutan adalah kekuatan yang terkendali. Kekuatan itu tunduk pada otoritas Allah.

Namun, jika "lemah lembut" bukanlah kata yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan diri Anda saat ini, tidak apa-apa. Yesus tidak berbicara kepada mereka yang sudah memiliki segalanya—dan Dia juga tidak mengharapkan versi kita yang sempurna. Sebaliknya, Dia memberikan berkat kepada umat-Nya yang telah (dan sedang) menjadi seperti yang Tuhan harapkan. 

Tuhan terus mengembangkan sifat-sifat Sabda Bahagia ini di dalam diri para pengikut-Nya. Dia memurnikan, menguduskan, dan mengubah kita agar semakin serupa dengan-Nya.

Dalam Kitab Suci, Yesus sendiri disebut "lemah lembut". Namun, seperti yang mungkin Anda ketahui, Dia jauh dari sikap pasif, apatis, atau mudah menyerah. Alih-alih mengandalkan kekuatan-Nya sendiri—seperti memanggil pasukan malaikat untuk menghindari hukuman salib—Dia bersandar pada kekuatan Tuhan dan menahan kekuatan-Nya yang tak terbatas.

Kerajaan Yesus, yang bertolak belakang dengan dunia, akan dipenuhi oleh orang-orang yang memanfaatkan kekuatan mereka untuk kemuliaan Tuhan dan yang merendahkan diri di bawah kaki-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang Dalam. Badai

Mensyukuri Berkat Tuhan

Haus Dan Lapar Akan Firman Tuhan