Wanita Bijak Bertahan di tengah Badai
Renungan Harian
Oleh: Ps. Ananti Supraptiwi
Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi: “Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku.” Dan sahut Naomi kepadanya: “Pergilah, anakku.” – Rut 2:2
Setelah suami dan kedua putranya meninggal di Moab, Naomi memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya di Betlehem. Rut, salah seorang menantunya, memilih untuk ikut bersamanya.
Bayangkan Anda menjadi Rut. Anda baru kehilangan suami dan harus pindah ke sebuah kota berbudaya asing, bersama dengan mertua yang sudah tua dan sama berdukanya dengan Anda. Apakah Anda akan meratapi nasib? Atau, Anda memilih bangkit dan memulai hidup baru, entah bagaimana caranya?
Alih-alih terlarut dalam kesedihan, Rut mengambil inisiatif untuk mandiri dan berdikari. Setibanya di Bethlehem, ia langsung bekerja memunguti jelai. Ini bukanlah jenis pekerjaan terhormat; Rut butuh belas kasihan para penyabit gandum yang membiarkannya mengambil jelai-jelai yang jatuh di belakang mereka. Namun, ia mau melakukannya karena ia bertanggung jawab atas hidupnya dan hidup mertuanya. Rut punya prinsip bahwa life must goes on.
Ada banyak alasan bagi Rut untuk menjadi pahit dan merana akibat tragedi yang menimpa keluarga besarnya. Namun, ia memilih terus maju, ketimbang menangisi hal-hal yang tidak mungkin kembali lagi.
Saat hidup kita dilanda pergumulan dan masalah, kita punya dua pilihan: terpuruk atau berjuang. Kita dapat saja terbawa perasaan, terus-terusan murung, mengasihani diri, menyesali hidup, bahkan mengalami kepahitan terhadap Tuhan. Namun, kita juga bisa seperti Rut, yang tidak memandang dirinya sebagai orang paling malang sedunia, tetapi memilih untuk bangkit dan berjuang.
Tak heran, pada akhirnya Rut menikah dengan Boas si pemilik ladang gandum dan menjadi nenek moyang Daud dan Yesus. Percayalah, ketika Anda berjuang, Tuhan akan melihat setiap jerih payah Anda.
Komentar
Posting Komentar